Tweet TULISAN SAMPAH: SURAT UNTUK PEMIMPIN NEGERI
Powered By Blogger

Sabtu, 21 Januari 2012

SURAT UNTUK PEMIMPIN NEGERI


Seorang sopir bus membawa sejumlah penumpang berjurusan Purwokerto-Jakarta. Yang namanya kendaraan kunci kendali adalah pada seorang sopir, suatu ketika dalam perjalanan dang sopir membelokkan arah jalannya bus melalui jalan jelek. para penumpang mulai bertanya, "pak sopir, kita kok lewat jalan rusak? kita mau kemana?". Lalu dijawablah pertanyaan tersebut oleh sang sopir, "terserah saya donk, mau lewat mana. Udahlah kalian diam saja, bayar ongkosnya!". Sang sopir pun mulai mengendarai secara ugal-ugalan. Hal tersebut membuat para penumpang merasa tidak nyaman dan gelisah. 
Mungkin hal tersebut bisa untuk mencontohkan suatu gambaran kecil dalam negeri ini. Masyarakat telah bersama membayar pajak, rakyat dipimpin oleh pemimpin yang telah terpilih. Jalannya percaya akan tuntunan pemimpin, tapi bagaimana apabila pemimpin kita sudah mulai berbelok arah? Akankah kita sebagai makmum akan berdiam saja?
Ini bukan hal yang benar, tidakkah mereka para pemimpin buta akan kami sebagai makmum (rakyat) mereka di negeri ini? Kami menginginkan perdamaian, kesejahteraan. Apakah kalian para pemimpin telah buta karena harta yang melimpah? tidakkah kalian sadar darimana anda mampu menduduki jabatan? Dari manakah anda mendapat gaji? Apakah kalian berpura-pura ataukah memang kalian telah buta akan bangsa ini?
Lihatlah mereka yang masih harus berjalan ditengah malam, mengais sampah-sampah kehidupan, lihatlah mereka yang sudah  berumur lanjut namun masih berkeliaran di jalanan demi mengais sedikit uang untuk hidup!! Mungkin kalian memang tidak berpura-pura, mungkin kalian memang telah membutakan mata batin kalian dari bangsa ini. Apakah gaji kalian kurang? Mungkin bagi kami separuh uang anda sungguh berlimpah untuk hidup kami. Tidakkah kalian bisa untuk bersyukur atas apa yang ada? Cobalah turun wahai kalian petinggi negeri, turunlah dan saksikan kami, lihatlah bagaimana kami harus bertahan dalam hidup ini. Apa kalian masih punya hati?
Apa kalian masih mampu tertawa dalam kebahagiaan hidup ketika rakyat kalian masih hidup dalam tingkat kemiskinan yang begitu rendah? Lihatlah pendidikan anak cucu kita, apakah kalian masih bisa bangga dan puas menyekolahkan anak kalian sampai ke jenjang yang sangat tinggi ketika kalian tahu bagaimana para generasi muda negeri ini masih sangat banyak yang harus berjuang untuk dapatkan pendidikan. Coba tengoklah kami, lepaskan sebentar jabatan kalian untuk bergaul dengan kami, rasakan walau sebentar bagaimana hidup kami. Kami bergantung pada anda wahai pemimpin negeri. Apa kalian sudah tidak punya hati? Korupsi melipat gandakan keuangan anda untuk pribadi, memakan uang rakyat, sedangkan kami para rakyat masih sangat kurang dan hidup dalam serba keterbatasan.
Buanglah rasa ego kalian. Kami selalu berdoa pada Tuhan supaya memberikan kami Pemimpin yang mau untuk turun ke jalanan berbaur dengan rakyat. Kami para rakyat yang memimpikan untuk memiliki Pemimpin yang mau menangis ketika melihat kemiskinan dalam Negeri. Kami berdoa untuk memiliki Pemimpin yang mau berkorban untuk rakyatnya. Kami selalu berdoa untuk memiliki pemimpin yang mampu menyatukan negeri. Kami terus memimpikan untuk memiliki Petinggi negeri yang peduli akan pendidikan anak cucu kami. Cucuran tetes keringat, tetes air mata menghiasi negeri ini, apakah kalian masih mampu mengusap-nya wahai para Pemimpin Negeri?
Kami terus bertanya, kapan Tuhan akan mengabulkan doa kami. Apa ini hanya doa dan impian kami? Tidakkah Tuhan akan wujudkan impian kami? Kami hanya bisa berserah diri. Kami hanya bisa berdoa untuk Negeri, tapi kalian lah para Pemimpin Negeri yang mampu membelokkan roda kendali bangsa ini.
Kami yakin kalian masih punya hati, bukalah! Kami masih percaya, sekeras apapun batu karang, masih akan mampu terkikis oleh hembusan ombak. Namun, apa hati kalian masih mampu untuk luluh dalam setiap hembusan doa dan harapan kami???
Lalu, apa manfaat Negeri ini kalau Pemimpinnya tak peduli lagi dengan kami. Harus kemana lagi kami berlari?
Tinggalkan atribut partai, tinggalkan pula kepentingan pribadi dan golongan. Satukan tekad kalian untuk Negeri. Bawalah Negeri ini kedalam kedamaian.
Sadarlah wahai pemimpin negeri, tingkah ulah kalian tidak akan memberi adzab hanya untuk dirimu saja, tapi kami pun akan menerima imbasnya. Kami percaya bencana disana-sini terjadi bukan hanya karena tingkah kami, tapi lebih condong karena kalian yang telah melupakan tujuan dan sasaran duduk di kursi tinggi. Dengarkanlah jerit tangis raktamu ini.













Suara kami dari hati )

Tidak ada komentar:

Twitter Bird Gadget